Minggu, 25 November 2012

ujian MID semester KBA


NAMA       : IKA SILVI
NIM           : RSA1C110017
PRODI       : PGSBI KIMIA

1)   Kemukakan pendapat anda bagaimana cara mengubah suatu senyawa bahan alam yang tidak punya potensi(tidak aktif) dapat dibuat menjadi senyawa unggul yang memiliki potensi aktifitas biologis tinggi. Berikan contoh!
2)   Jelaskan bagaimana idenya suatu senyawa bahan alam yang memiliki potensi biologis tinggi dan prospektif untuk kemaslahatan makhluk hidup dapat di sintesis di laboratorium!
3)   Jelaskan kaidah-kaidah pokok dalam memilih pelarut untuk isolasi dan purifikasi suatu senyawa bahan alam berikan dengan contoh untuk 4 senyawa bahan alam, flavonoid,alkaloid,terpenoid,steroid!
4)   Jelaskan dasar titik tolak penentuan struktur suatu senyawa organic bila suatu senyawa bahan alam tersebut adalah kafein. Kemukakan gagasan anda hal-hal pokok apa saja yang diperlukan untuk menentukan strukturnya secara keseluruhan!



JAWABAN

1).idenya yaitu dengan cara mengekstraksi dan mengisolasi dimana ekstraksi merupakan suatu proses mengambil atau menarik senyawa yang terdapat dalam suatu bahan dengan pelarut yang sesuai. Isolasi merupakan suatu proses mengambil atau menarik senyawa yang diinginkan dari beberapa senyawa hasil ekstraksi tersebut.  Dimana proses pemisahan komponen – komponen kimia yang terdapat suatu bahan organisme . isolasi terdiri dari pemisahan , pemurnian , identifikasi dan penetapan . salah satu cara isolasi umum digunakan adalah kromatografi . pemisahan dari kromatografi ini didasarkan pada sifat adsorbsi atau partisi dari senyawa yang dipisahkan terhadap adsorben dan cairan pengulasi .
Kromatografi adalah cara pemisahan komponen dalam sediaan secara penyarian berfraksi , penyerapan , penukar ion pada zat berpori , atau dengan menggunakan cairan atau gas pengalir . pemisahan terjadi karena komponen cuplikan bergerak dengan jarak yang berbeda yang di sebabkan oleh perbedaan retensi komponen yang dipisahkan . terjadinya pemisaha komponen yang disebabkan oleh adanya perbedaan distribusidi antara dua fasa , yaitu fasa diam dan fasa bergerak.
Beberapa teknik kromatografi yang sering dilakukan adalah kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom biasa, kromatografi kolom vakum cair, dan kromatografi gais-cair.
Contohnya: tanaman nilam yang dari padanya dapat diperoleh minyak atsiri. Selain merupakan penghasil minyak atsiri tanaman nilam juga mengandung senyawa terpenoid. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan secara sederhana untuk tujuan pengobatan, yaitu obat influenza, obatk kulit, damam, radang saluran nafas, hipertensi, batu empedu, disentri, easir, dan sebagainya. Mengingat potensi yang dimiliki oleh tumbuhan tersebut dan senyawa terpenoid merupakan senyawa yang menarik untuk dikaji, maka penelitian mengenai kandungan senyawa terpeniod pada daun tumbuhan nilam ini perlu dilakukan


2).obat baru yang ditemukan dari alam biasanya menemukan kendala di industry karena jumlahnya terbatas, terutama bila obat tersebut berasal dari invertebrata laut atau mikroba.sintesis merupakan proses pengadaan atau memproduksi senyawa bahan alam secara masal dan jelas, hal ini tidaklah mudah karena diversitas bahan alam yang sangat tinggi dan rumit. contohnya  keberadaan senyawa bibenzil( flavonoid) di alam sangatlah terbatas. Karena senyawa bibenzil memiliki aktifitas biologis yang penting , dimana memiliki aktivitas antimitotik  dan antileukimia. maka berbagai usaha pengadaan senyawa bibenzil melalui sintesis dimana dikembangkan di laboratorium. Senyawa bibenzil diperolehdari reaksi hidrogenasi katalitik.

3). Pemilihan pelarut untuk ekstrasi dan isolasi harus mempertimbangkan banyak faktor. Pelarut harus menemukan syarat – syarat sebagai berikut : murah dan mudah diperoleh, netral tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, selektif dan tidak mempengaruhi zat berkhasiat. Pada penelitian digunakan beberapa pelarut berdasarkan tingkat kepolaranya yaitu aquadest, metanol, etanol dan aseton (Ummah, 2010).
Menurut Hukmah (2007), ada dua pertimbangan utama dalam memilih pelarut yaitu pelarut harus mempunyai daya larut yang tinggi dan pelarut tidak berbahaya atau beracun. Pelarut yang paling aman adalah aseton, etil diklorida, etanol, heksana, isopropyl alkohol dan metanol. Secara umum ekstrasi dilakukan secara berturut – turut mulai dengan pelarut non polar (n-heksan) lalu pelarut yang kepadatannya menengah (diklorometan atau etil asetat) kemudian pelarut yang bersifat polar (metanol atau etanol).
Menurut Purwanti (2009), metanol termasuk dalam menstrum (agen ekstraksi) golongan alkohol. Alkohol yang biasanya digunakan sebagai menstrum dalam ektraksi adalah golongan alkohol rendah atau yang memiliki rantai atom C pendek seperti metanol, etanol, propanol, dan butanol. Metanol lebih polar dibandingkan dengan etanol karena memiliki jumlah atom C yang lebih sedikit, sehingga senyawa yang terikat oleh kedua pelarut tersebut memilki tingkat kepolaran yang berbeda. Akan tetapi kedua pelarut tersebut termasuk golongan alkohol yang pada umunya bersifat non polar. Senyawa yang diikat oleh etanol lebih bersifat non polar dibandingkan senyawa yang terikat oleh metanol. Pada pelarut alkohol ini senyawa yang berkhasiat obat banyak tertarik atau terlarut
Contoh:
a. ekstraki senyawa flavonoid
Pada proses ekstraksi dan isolasi sebaiknya memilih pelarut sesuai jenis flavonoid yang dibutuhkan sehingga mesti mempertimbangkan polaritas pelarut. Jenis flavonoid non polar (misalnya, isoflavon, flavanon, flavon alkohol dan flavonol) diekstraksi menggunakan pelarut kloroform, diklorometana, dietil eter, atau etil asetat, sementara glikosida flavonoid dan aglikon akan lebih tepat diekstraksi dengan alkohol atau campuran alkohol-air. Untuk glikosida kelarutannya meningkat jika dalam air atau campuran alkohol-air.
Flavanon tertentu dan glikosida chalcone sulit untuk larut dalam metanol, etanol, atau campuran alkohol-air. Kelarutan flavanon tergantung pada pH air sebagai pelarut. Flavan-3-ol (seperti katekin, proanthocyanidin, dan tanin terkondensasi) umumnya dapat diekstrak secara langsung dengan air. Namun, kandungan senyawa dalam ekstrak tidak jauh berbeda, baik itu menggunakan air, metanol, etanol, aseton, atau etil asetat. Dalam hal ini, tidak bisa diklaim bahwa metanol adalah pelarut yang terbaik untuk catechin dan aseton 70% untuk procyanidin, dst.

b.ekstraksi senyawa alkaloid
Jika eekstraksi dilakukan dengan cara maserasi maka pelarut yang digunakan adalah methanol dan untuk sokletasi digunakan n-heksana seperti mengekstraksi nikotin yaitu Ekstraksi nikotin dengan alkohol dan air. Ekstrak ini didapatkan melalui liquid-liquid extraction menggunakan corong pisah dengan prinsip pemisahannya berdasarkan kelarutan. Prosesnya dengan cara: dipilih pelarut pertama, yakni akohol yang sudah dikondisikan dalam suasana basa (dengan pH = pKa + 2) yang dapat mendispersikan senyawa uji dan pelarut ke kedua, yakni air yang dapat melarutkan senyawa uji dan tidak bercampur dengan pelarut pertama dan pelarut kedua sebisa mungkin mudah menguap. Setelah ekstrak daun tembakau dalam bentuk cair didapat, ekstrak dikeringkan terlebih dulu dengan ditambahkan bahan maltodekstrin yang dapat membantu pengeringannya.

c dan d. .ekstraksi senyawa steroid dan terpenoid
Kolesterol merupakan salah satu bagian dari senyawa steroid, kita tahu bahwa kolesterol adalah non polar, maka jika kita ingin mengisolasi atau mengekstraksinya maka kita harus menggunakan pelarut non polar juga seperti etanol dan n-heksana

4). Spektroskopis NMR

Transient Ru-methyl formate intermediates generated with bifunctional transfer hydrogenation catalysts


1H NMR spectrum of a reaction mixture containing 0.024 mmol Fig. 1, 3, 5 eq. KOH, and 10 eq. CH3OH in CD3CN (reaction time is 1 h). The chemical shifts for HCOOCH3 and the monohydride catalyst ([Ru]-H) are labeled.
dari spektrum diatas menunjukkan bahwa asam asetat berada pada pada rentang pada 4.0 ppm dengan waktu 3.68 dan pada rentang 8.0 pada waktu 8.05
sedangkan Ru berada pada rentang -6.0

Tidak ada komentar:

Posting Komentar